سم الله الرحمن الرحيم
Di kala pesat arus kehidupan dengan pelbagai ronak dan cabaran. Kadang kala kehidupan kita dipenuhi dengan debu-debu dosa. Begitu juga diri saya sebagai hamba yang sentiasa melakukan dosa namun setiap dosa yang dilakukan perlulah kita sedari dan menyesal maka segera TAUBAT.
"Ya ALLAH... Aku bertaubat padaMU.
Rasa diri ini hina dan malu kepada Allah. Sebagai manusia sudah menjadi fitrah untuk melakukan dosa. Akibat terlalu ikutkan hawa nafsu, mungkar dijadikan pilihan. Biarlah perkara itu tidak berulang lagi. Rasa diri seolah-olah munafik dan hipokrit dalam masyarakat sekeliling. Jauhilah aku daripada azabmu. Amin...", SDR. Fauzan
"BERSIHKAN LAH JIWA DAN DIRIMU DARIPADA DEBU-DEBU DOSA"
Taubat ialah kembali kepada Allah setelah melakukan maksiat ataupun mungkar. Setiap insan yang lahir ke dunia ini tidak dapat lari daripada melakukan kesilapan sepanjang kehidupan dari baligh sehinggalah menghembus nafas terakhir.
Bahkan Nabi Muhammad telah membenarkan hal ini dalam sebuah sabdanya yang berbunyi: "Setiap anak Adam pernah berbuat kesalahan/dosa dan sebaik-baik orang yang berbuat dosa adalah mereka yang bertaubat (dari kesalahan tersebut)."
Saya serta saudara/saudari pernah melakukan kesalahan terhadap diri sendiri sebagaimana terhadap keluarga dan kerabat bahkan Allah sendiri. Apabila kita melakukan kesalahan segeralah mengingati Allah dan insaf atas segala kesalahan yang telah dilakukan. Sesungguhnya Allah itu Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Taubat dalam Islam tidak mengenal perantara, bahkan pintunya selalu terbuka luas tanpa penghalang dan batas. Allah selalu menbentangkan tangan-Nya bagi hamba-hamba-Nya yang ingin kembali kepada-Nya.
Seperti terungkap dalam hadis riwayat Imam Muslim dari Abu musa Al-Asy`ari: "SesungguhnyaAllah membentangkan tangan-Nya di siang hari untuk menerima taubat orang yang berbuat kesalahan pada malam hari sampai matahari terbit dari barat."
Ingatilah Allah. InsyaALLAH, Allah sentiasa mengingati hamba-hambaNya yang beriman dan berzikir kepadanya
Di bulan pengampunan, Ramadhan yang "Syahrul Maghfirah" ini adalah saat yang tepat untuk kita bertaubat. Bagi yang sudah bertaubat mari memperbarui taubatnya dan yang belum taubat mari bergegas kepada ampunan Allah.
10 hari kedua bulan Ramadhan merupakan masa maghfirah (ampunan) sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadis riwayat Abu Haurairah "Ramadhan, awalnya Rahmah, pertengahannya Maghfirah, dan akhirnya dibebaskan dari api neraka" (H.R. Ibnu Huzaimah).
Selamat menjalankan ibadah puasa.
Memetik hadis,
yang dipungut dari e-book 'Taubat',
tulisan Yusuf Al-Qardhawi:
Dari Abi Hurairah r.a. bahwa ia mendengar Rasulullah Saw bersabda:
"Seorang hamba melakukan dosa, dan berdo'a: 'Ya Tuhanku, aku telah melakukan dosa maka ampunilah aku'. Tuhannya berfirman: 'hamba-Ku mengetahui bahwa ia mempunyai Tuhan yang akan mengampuni dan menghapus dosanya, maka Tuhan-pun mengampuninya'. Kemudian waktu berjalan dan orang itu tetap seperti itu hingga masa yang ditentukan Allah SWT, hingga orang itu kembali melakukan dosa yang lain. Orang itupun kembali berdo'a: 'Ya Tuhanku, aku kembali melakukan dosa, maka ampunilah dosaku'. Tuhan-nya berfirman: 'Hamba-Ku mengetahui bahwa dia mempunyai Tuhan Yang mengampuni dan menghapus dosanya', maka Tuhan-pun mengampuninya. Kemudian ia terus dalam keadaan demikian hingga masa yang ditentukan Allah SWT, hingga akhirnya ia kembali melakukan dosa. Dan ia berdo'a: 'Ya Tuhanku, aku telah melakukan dosa, maka ampunilah daku'. Tuhan-nya berfirman: 'Hamba-Ku mengetahui bahwa ia mempunyai Tuhan Yang mengampuni dan menghapus dosanya'. Maka Tuhannya berfirman: 'Aku telah berikan ampunan kepada hamba-Ku, dan silakan ia melakukan apa yang ia mahu".
[Hadits diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.]
Redaksi: 'falya'mal ma syaa' "silakan ia melakukan apa yang ia mahu" maknanya adalah -- wallahu a'lam--: selama dia melakukan dosa dan beristighfar kemudian diampuni, dan ia tidak melakukan dosa itu lagi. Dengan dalil redaksi: "kemudian ia melakukan dosa lagi" maka ia dapat melakukannya lagi jika itu merupakan perangainya, sesuai kemauannya. Karena ia, setiap kali ia melakukan suatu dosa maka taubat dan istighfarnya menjadi penghapus dosanya itu, dan ia tidak mendapatkan celaka. Tidak kerana ia melakukan suatu dosa, kemudian ia beristighfar dari dosanya itu dengan tanpa berusaha membebaskan dirinya dari kebiasan buruknya itu, kerana itu adalah taubat orang yang suka bohong.
---------
Dalam taubatmu itu,
berusahalah untuk keluar!